Legenda Terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir

Legenda Danau Toba adalah cerita rakyat yang berasal dari Propinsi Sumatera Utara. Yuk simak Kisah Selengkapnya.

Dahulu kala di sebuah lembah landai nan subur yang terletak di Sumatra Utara hiduplah seorang petani bernama Toba. Toba bekerja di sawah dan ladang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sedangkan untuk lauk pauknya, Toba mendapatkannya dengan cara memancing di sungai yang terletak tak jauh dari tempat tinggalnya.

danau toba
Source: Wikipedia

Seiring berjalannya waktu, Usia Toba semakin tua, namun belum juga memiliki seorang istri. Setiap hari ia berdo'a agar segera diberi pendamping hidup agar ia tidak selalu merasa kesepian.

Pada suatu hari, ketika Toba pulang dari ladang, seperti biasa ia pergi memancing di sungai. Namun, tidak seperti biasanya, lama ia menunggu umpan pancingnya tak juga disambar oleh ikan satu pun juga.

"Kalau begini terus, bisa-bisa aku makan tanpa lauk pauk yang lezat," keluh Toba dalam hatinya.

Lama-lama Toba menjadi kesal karena umpannya tak juga disambar oleh ikan. Toba pun akhirnya pasrah, ia berniat untuk pulang karena waktu sudah semakin sore. Namun, belum sempat ia mengangkat pancingnya, tiba-tiba umpannya disambar oleh ikan.

"Aha.. ini baru ikan besar. Ayo, bawalah kemana sepuasmu," desis Toba dan sengaja membiarkan ikan itu mempermainkan umpannya.

Setelah beberapa lama ia biarkan ikan itu menarik umpannya, Toba kemudian menyentakan pancingnya. Begitu melihat ikan yang didapatnya, ia menjadi terbelalak karena ikan yang ia dapat begitu amat besar dan belum pernah mendapatkan ikan sebesar itu.

Setelah mendapatkan ikan itu, Toba pun beranjak pulang dengan hati yang gembira.

Sesampai di rumah, Toba segera meletakkan ikan besar itu di dapur, dan dia bergegas mengambil kayu di halaman rumahnya. Lalu ia menyalakan api untuk memasak ikan itu. Ketika hendak mengambil ikannya itu, ia terkejut karena ikannya sudah hilang.

Toba menjadi semakin bingung ketika di tempat ia meletakkan ikan tadi dia menemukan banyak sekali keping emas.

"Hah, apa ini..? Benarkah ini uang emas?" Teriak Toba heran bercampur girang. "Lalu dimanakah ikan itu? Apakah dia telah menjelma menjadi uang emas ini?" Toba pun menerka-nerka.

Dengan perasaan campur aduk, Toba membawa kepingan emas itu ke dalam kamar untuk disimpannya. Namun, egitu masuk ke dalam kamar, Toba kembali terkejut, karena di dalam kamarnya telah berdiri seorang gadis yang cantik luar biasa.

"Kau.. kau.. ini siapa? Kenapa berada di kamarku?" tanya Toba ketakutan.

Gadis itu pun tersenyum lembut dan menceritakan siapa dirinya sebenarnya.

"Ja.. jadi kau adalah jelmaan ikan yang baru saja aku tangkap?" seru Toba masih tidak percaya.

"Benar abang, akulah jelmaan ikan itu, dan uang-uang itu adalah bekas sisik-sisikku" jawab gadis itu lagi.

Karena sudah lama hidup sendiri, dengan memberanikan diri Toba meminta kepada gadis itu untuk menjadi istrinya. Namun, gadis itu tidak segera menjawab. Dia tampak bahagia tetapi juga khawatir.

"Baiklah, aku bersedia menjadi istrimu, asalkan abang berjanji kepadaku" berkata gadis itu setelah beberapa saat menimbang-nimbang.

"Harus berjanji apakah aku?" sahut Toba tampak tak sabar.

"Abang tidak hanya berjanji, tetapi harus bersumpah akan merahasiakan asal-usulku," jawab gadis itu bersungguh-sungguh.

"Baiklah, aku Toba, bersumpah tak akan mengungkit-ungkit asal-usul istriku," Toba bersumpah dengan sungguh-sungguh.

Akhirnya, Toba dan gadis itu pun menikah. Keduanya hidup bahagia meskipun hidupnya sangat sederhana. Akan tetapi, kebahagiaan mereka belum sempurna. Meskipun sudah lama menikah mereka masih belum dikaruniai seorang anak.

Toba dan Istrinya mulai gelisah. Suatu saat, Toba mengajak istrinya untuk meminta petunjuk kepada orang pintar. Atas nasehat orang pintar tersebut, mereka berdua disarankan untuk tidak makan daging ikan. Mereka hanya diperbolehkan makan nasi dan sayur-mayur saja sampai beberapa tahun.

Toba dan Istrinya pun melaksanakan apa yang dinasehatkan oleh orang pintar itu, dan setelah beberapa lama kemudian Istri Toba pun menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Sembilan bulan kemudian mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan. Anak itu kemudian dinamankan Samosir.

Waktu terus berjalan, Samosir anak Toba tumbuh dengan cepat karena kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Akibat kasih sayang yang berlebihan itu, Samosir menjadi anak yang manja dan malas. Ia tidak pernah mau membantu pekerjaan orang tuanya. Bahkan hanya untuk mengantar makanan ayahnya di ladang, Samosir seringkali tidak mau kecuali jika ibunya sudah marah-marah.

Samosir yang malas lalu berpikir untuk mencari cara agar ayahnya tidak mau lagi diantar makanan olehnya. Oleh karenanya ia mencoba mencari gara-gara agar ayahnya marah dan tidak mau lagi dikirim nasi olehnya. Caranya dengan memakan habis nasi dan lauk yang seharusnya untuk ayahnya.

Meskipun perbuatan Samosir yang kurang baik itu dilakukan berkali-kali, Toba tidak pernah memarahinya. Ia sangat mengasihi anaknya, dia berpikir mungkin Samosir sedang lapar saat mengantar makanan kepadanya.

Suatu hari, saat bekerja di sawah, Toba merasa lapar dan lelah tidak seperti biasanya. Ia menunggu datangnya kiriman makanan dari anaknya yang tak juga kunjung datang.

Sementara itu, Samosir yang disuruh ibunya mengantarkan makanan seperti biasanya dia memakan makanan yang ada di rantang. Kali ini tak tersisa sedikit pun. Ia menghabiskan semua makanan yang ada di rantang.

Sesampai di ladang, Toba sangat marah, karena perutnya sangat lapar dan Samosir berani membantah setiap perkataannya.

"Dasar anak kurang ajar kau. Anak tak tahu diuntung. Dasar anak ikan!" hardik Toba dengan geram.

Mendengar perkataan kasar ayahnya itu, Samosir bersedih lalu ia berlari pulang sambil menangis karena ia disebut sebagai anak ikan.

Sesampai di rumah ia mengadukan kejadian yang ia alami itu kepada ibunya. "Ibu... menapa ayah menyebutku sebagai anak ikan? Apakah ibu keturunan ikan?" Samosir bertanya kepada ibunya seraya menangis.

Mendengar perkataan anaknya itu, Istri Toba kaget bukan kepalang, Hatinya bagai disambar petir karena suaminya telah melanggar janji dan sumpah yang pernah diucapkannya dahulu. Samosir telah mengungkit-ungkit asal usulnya kepada anaknya.

Dengan berlinang air mata, ia berkata kepada anaknya. "Samosir, sekarang pergilah mendkeati bukit yang tinggi dan panjatlah pohon yang tinggi pula."

"Kenapa Bu? Kenapa saya harus mendaki bukit?" Tanya Samosir keheranan.
"Cepat! Jangan bertanya lagi. Nanti kau akan mengerti!" perintah ibunya lagi.

Samosir pun tak berani bertanya lagi. Dia segera lari mendaki bukit yang paling tinggi dan memanjat pohon kelapa yang paling tinggi pula.

Setelah melihat anaknya pergi, Istri Toba segera berlari ke sungai seraya menangis. Hatinya sangat sedih.

"Suamiku, karena kau telah melanggar sumpahmu, maka aku akan kembali ke asal-usulku" Kata Istri Toba dengan berlinang air mata.

Selepas mengucapkan kata-kata itu, terjadilah peristiwa aneh, ketika Air mata Istri Toba menetes ke sungai, seketika itu pula kilat menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar. Hujan turun begitu derasnya bagaikan ditumpahkan dari langit. Hujan deras itu berlangsung hingga dua hari lamanya, dan akibatnya seluruh lembah itu terendam air yang dalam dan hanya menyisakan sebagian puncak bukit tempat Samosir menyelamatkan diri.

Bersamaan dengan peristiwa itu, Toba pun ikut tenggelam karena telah melanggar sumpahnya. Itulah sebabnya danau yang kemudian terbentuk di lembah tempat toba tinggal dinamakan Danau Toba, sedangkan bukit tempat Samosir menyelamatkan diri dinamakan pulau Samosir.